Minggu, 22 Juni 2008

Printer PoGo, Muat di Saku dan Tanpa Tinta


Jakarta - Polaroid mengembangkan sebuah printer mungil yng dapat dimasukkan ke dalam saku. Printer yang diberi nama PoGo ini dapat mencetak gambar ukuran dompet dan dapat dijadikan sticker.

Dikutip detikINET dari Crave, Sabtu (21/6/2008), PoGo akan menerima gambar via Bluetooth dari sebuah kamera ponsel atau via kabel USB dari kamera digital.

Printer ini menggunakan teknologi tanpa tinta Zink. Tanpa kepala tinta, printer memiliki ukuran yang lebih kecil, dan kita tidak perlu membeli tinta. Namun, kita tetap harus mengeluarkan uang ekstra untuk kertas Zink, yakni sekitar 35 sen atau sekitar Rp 3200 setiap mencetak.

Jon Pollock, vice president and general manager Polaroid menyatakan produk ini ditujukan bagi para remaja yang ingin mencetak dari ponsel kamera dan mendapatkan hasil kilat dari jepretannya. Sisi foto dapat dikelupas menjadi sticker.

Printer seberat 8 ons ini akan tersedia di Best Buy pada tanggal 6 Juli dengan harga USD 149.

Sabtu, 14 Juni 2008

Ways To Feel Better Every Day



1. Start the day with a healthy breakfast
Breakfast boosts memory, improves your mood, and can help control your weight.

2. Moderating your intake of caffeine
Medical experts recommend you to consume less than 300 milligrams of caffeine a day.

3. Use your commuting time to relax and feel good
Listen to inspiring radio programs or other audio device and spend some time in silence

4. Make physical activity
Regular physical activity decreases the risk of death from heart disease, diabetes, and colon cancer. It also helps prevent high blood pressure and helps you lose weight and keep it off.

5. Smile and greet other people

Smile and you feel more relaxed and cheerful. Smiling makes everyone feel good. Putting on a happy face has positive benefits both for you and the people around you.

6. Exercise your brain
Exercising your brain can improve memory and reduce the risk of dementia and Alzheimer’s disease.

7. Trust your instinct

Instinct is that inner voice that affects how you think, feel, and act.
It’s part of emotional intelligence.
Trusting your instincts often leads to positive outcomes.

8. Make someone else feel good
Doing for others makes you feel good.
It may also be good for your physical health.

to be continued . . . .

Kamis, 12 Juni 2008

Barometer

The following is a question on a physics exam at the University of Copenhagen:

"Describe how to determine the height of a skyscraper with a barometer."
One student replied: "You tie a long piece of string to the neck of the barometer, then lower the barometer from the roof of the skyscraper to the ground. The length of the string plus the length of the barometer will equal the height of the building."

This highly original answer so incensed the examiner that he failed the student who immediately appealed on the grounds that his answer was indisputably correct.

The university appointed an independent arbiter to decide the case.

The arbiter ruled that the answer was indeed correct, but did not display any noticeable knowledge of physics. It was decided to call the student in and allow him six minutes in which to provide a verbal answer which showed at least a minimal familiarity with the basic principles of physics.

For five minutes the student sat in silence, forehead creased in thought. The arbiter reminded him that time was running out, to which the student replied that he had several extremely relevant answers, but couldn't make up his mind which to use.

On being advised to hurry up the student replied: "First, you could take the barometer up to the roof of the skyscraper, drop it over the edge, and measure the time it takes to reach the ground. The height of the building can then be worked out from this formula I have worked out for you on my text paper here."

Then the student added, "But, Sir, I wouldn't recommend it. Bad luck on the barometer."

"Another alternative", offered the student, "is this: If the sun is shining you could measure the height of the barometer,then set it on end and measure the length of its shadow. Then you measure the length of the skyscraper's shadow, and thereafter it is a simple matter of proportional geometry to work out the height of the skyscraper. On the paper is the formula for that as well."

"But, Sir, if you wanted to be highly scientific about it, you could tie a short piece of string to the barometer and swing it like a pendulum, first at ground level and then on the roof of the skyscraper. The height is worked out by the difference in a gravitational formula, which I have determined here this time on a long sheet of paper with a very long and complicated calculation."

"Or, Sir, here's another way, and not a bad one at all. If the skyscraper has an outside emergency staircase, it would be easier to walk up it and mark off the height of the skyscraper in barometer lengths, then add them up."

"But if you merely wanted to be very boring and very orthodox about the answer you seem to seek, of course, you could use the barometer to measure the air pressure on the roof, and on the ground, and then convert the difference in millibars into feet to give the height of the building."

"But since we are constantly being exhorted to exercise independence of mind and apply scientific methods, undoubtedly the best way would be to knock on the janitor's door and say to him 'If you would like a nice new barometer, I will give you this one if you tell me the height of this skyscraper'."

The student was Niels Bohr, the only Dane ever to win the Nobel Prize in physics.

Caine, Cepot, dan Adin

"I am Caine. I will help You."
-- David Carradine sebagai Caine dalam serial tv `Kung Fu'

NAMANYA Kwai Chang Caine. Siapa dia? Yang jelas dia jagoanlah. David Carradine adalah aktor yang memerankan si Caine, jagoan kungfu yang memiliki darah separuh Tiongkok, setengahnya lagi orang Amerika. Di tahun 1980-an, saban malam Selasa, dia muncul dalam serial dengan tajuk 'Kungfu'. Berbeda dengan jagoan shaolin yang memiliki kecepatan dan kekuatan dalam pukulannya, Caine praktis lamban. Namun dalam sekali gerakan, musuh sudah terpontal-pontal. Kepala benjut. Kaki dan tangan keseleo. Tapi memang tak ada yang menganggapnya. Pakaiannya lusuh, rambutnya dibiarkan agak sedikit gondrong. Dia tak punya rumah, saudara, apalagi pacar. Caine seorang nomaden sejati. Hanya berteman seruling dan tas yang tak pernah ketahuan isinya. Siapa sangka, dalam bungkusan yang sederhana bahkan terkesan apa adanya, dia punya sikap dan perilaku yang luhur. Dengan kemampuan kungfunya, dia selalu siap menolong orang yang lemah. Tanpa diminta. Dengan wajah penuh senyum dan tangan terbuka, Caine selalu mengatakan, "I am Caine. I will help you." Serial Kungfu ini sangat digemari di negara asalnya, tak aneh kalau serial ini memperoleh penghargaan sebagai 'award-winning American television series'. Di Indonesia juga banyak yang demen, walaupun secara koreografi gerakan seni kungfunya sama sekali tidak menarik. Banyak orang suka dengan falsafah hidup yang disajikan serial ini. Pas dan mengena. Kesederhanaan dan ketiadaan bukanlah penghalang untuk memberikan pertolongan pada orang lain.

NAMANYA Cepot. Tampangnya sama sekali tidak enak dilihat. Jelek habislah pokoknya. Mukanya merah, giginya nongol. Dandanannya selalu berbaju hitam, lengkap dengan ikat kepala. Biar pun buruk rupa, dia selalu menghibur. Lewat tangan dan suara Asep Sunandar Sunarya, salah satu dalang wayang golek nan kondang, Cepot menjadi ikon di
pertunjukannya, mengalahkan dua saudaranya Dewala dan Gareng. Cepot tak jelas jati dirinya. Sudah punya isteri atau belum, hobinya apa pun tak ketahuan. Kerjaannya kalau tidak ngibing alias menari, paling juga membanyol. Dia juga yang bisa menahan kantuk para penonton yang bisa bertahan hingga pagi menjelang. Satu gayanya yang khas yang sulit dilupakannya adalah saat berteriak memohon pertolongan. "Tulung, tulung, tuluuuuuuuuung" , ujarnya sambil kemudian diikuti dengan gaya cengengesannya. Penonton pun tertawa.

Itulah dua tokoh hiburan yang akrab di benak penonton. Satu bule, satunya lokal punya. Caine dan Cepot, keduanya digandrungi dan disuka, dengan ulah dan falsafahnya. Yang satu pandai beraksi, yang satunya ngebanyol. Kesamaannya hanyalah nilai falsafah hidup yang tersirat dalam tayangannya. Namun ternyata semuanya menguap. Cepot dan Caine nyatanya hanya ada di kotak televisi. Adakah berbekas di dalam dunia nyata?

NAMANYA Adin. Umurnya pun singkat, 46 tahun. Awal bulan Juni ini, Adin yang bekerja sebagai petugas kebersihan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bogor, meninggal dunia secara tiba-tiba. Bukan karena tersambar angkot yang ugal-ugalan. Atau tertabrak motor yang menerobos lampu merah. Usianya tak lagi bertambah, karena menderita kelaparan yang sangat. Menurut cerita sang istri, yang dikutip media lokal, suaminya meninggal akibat menahan lapar tak terperi. Sejak malam sebelum ditemukan tewas, Adin hanya makan satu kali sehari. Itu terpaksa dilakukan karena dia harus berbagi makanan dengan ketiga anaknya, yang juga sama-sama lapar. Gajinya tak cukup untuk membeli kebutuhan pokok. Mencari jawab dari persoalan ini tentulah
rumit. Para ahli sosiologi pun kesulitan untuk menjawabnya. Masalahnya kompleks, pertautan berbagai masalah pada akhirnya hanya laku di seminar atau ruang kuliah. Dalam dunia nyata, duh, takkan bisa dicari dengan mudah solusinya.

Caine tak mampir di Bogor. Cepot juga tak ada disana. Perut keroncongan Adin tak sekencang teriakan milik Cepot yang bisa mengundang perhatian. Adin menahan sakit dan lemas yang tak terperikan dalam sunyi siang yang terik. Pengendara mobil yang melintas dan melihat Adin saat bertugas, tak cukup peka untuk itu.
Pemerintah daerah barangkali tak punya uang lebih untuk memberikan tambahan penghasilan Adin, meski tak ragu menambah dana demi meraih penghargaan Adipura sebagai kota terbersih. Barangkali saatnya kita membuka mata dengan keadaan sekitar. Tewasnya Adin telah membuktikan makin terkikisnya kepedulian berbagi dengan sesama. Nasi bungkus seharga enam ribu rupiah yang dibutuhkan Adin nilainya sama dengan
yang kita bayar ketika pintu taksi dibuka atau hanya setengah dari tips yang kita berikan pada pelayan di restoran. Malah harga rokok yang kita bakar jauh lebih mahal. Menolong atau berbagi terhadap sesama bukanlah pekerjaan sulit. Tak perlu harus banyak uang. Dengan membuat orang lain dapat tersenyum dan tertawa di kala hatinya gundah pun, Anda telah memberikan sesuatu. Menolong dan berbagi
dengan sesama dapat dilakukan dengan banyak hal. Kita perlu belajar pada sikap Caine dan sedikit demi sedikit mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari, dimulai dari hal-hal yang sepele. Menegur atau memberi tempat duduk pada wanita hamil di dalam bus atau kereta, misalnya. Jangan ragu juga untuk mengatakan, "Ada yang bisa
saya bantu?", terhadap orang lain yang sekiranya membutuhkan bantuan. Sepertinya kita harus melatih kepekaan. Sehingga kita jadi mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami oleh tetangga atau pun teman kantor. Dengan berbagi pun kita bisa belajar dan menghargai kehidupan itu sendiri, kita mungkin bisa lebih memahami perilaku dan
karakter orang lain.

Sikap bermurah hati tidak hanya menguntungkan bagi mereka yang mendapatkan pertolongan. Sebuah penelitian menunjukkan, dengan berbagi terhadap sesama, membuat diri kita menjadi lebih bahagia.
Dengan berbagi, juga menjadikan hidup ini lebih bermakna. Apalagi dalam keadaan yang serba sulit seperti saat ini yang mendera sebagian besar masyarakat, sikap berbagi perlu terus digalakkan.
Anda tak akan rugi sedikitpun jika Anda mau berbagi terhadap sesama.
Selain Anda melakukan investasi menabung pahala, Anda juga melakukan investasi kebaikan yang Anda tanam sendiri. Karena hukum kekekalan energi mengatakan, tiada energi yang hilang bila dikeluarkan. Ia akan kembali dalam bentuk lain. Begitu pula soal kebaikan. Ia tak akan hilang walau Anda telah memberikannya. Jadi bila Anda mengalami kesusahan, percayalah, akan ada orang lain yang datang dan
memberikan pertolongan. (090608)

Sumber: Caine, Cepot, dan Adin oleh Sonny Wibisono, penulis, tinggal
di Jakarta